Review Film

Hacksaw Ridge (2016)






Sebenarnya, saya termasuk orang yang jarang menonton film. Ketika orang lain berlomba-lomba untuk menonton film yang baru tayang di bioskop, saya memilih untuk menunggu donlotan filmnya keluar, atau ditayangkan di channel TV tertentu. Saya juga menonton film kalau sedang berkumpul dengan saudara-saudara saya.

Kebetulan, saya punya kakak laki-laki yang hobi menonton film. Dia juga suka mendonlot film-film yang belum sempat ditonton di bioskop, bahkan film-film lama juga, selama itu menarik baginya. Action, science fiction, western, atau war adalah beberapa genre yang kakak saya sukai. Suatu waktu, dia sedang menonton film bergenre war. Awalnya saya tidak berniat untuk menonton, karena saya tidak begitu tertarik dengan genre war. Ternyata, saya jadi penasaran dan ikut menonton sampai habis. Dari sinilah saya mengenal film berjudul "Hacksaw Ridge".

Setelah saya cari tahu, ternyata Hacksaw Ridge diambil dari kisah nyata seorang tentara angkatan bersenjata Amerika Serikat, yang bertugas di divisi medis saat Perang Dunia II, bernama Desmond Thomas Doss. Film ini rilis pada tahun 2016, dan disutradarai oleh Mel Gibson, yang juga menyutradarai film-film seperti Braveheart (1995), Passion of Christ (2004), dan Apocalypto (2006).

Awalnya, Desmond Doss adalah seorang pemuda gereja yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap keyakinannya, sehingga pada saat menjadi prajurit pun, ia tidak mau menggunakan senjata, karena ia menolak peperangan dan pembunuhan. Karena hal ini, ia kerap diperlakukan semena-mena, dan dibully oleh prajurit-prajurit yang satu kompi dengannya.

Ada banyak hal yang saya rasakan ketika menonton film ini. Di menit tertentu, saya merasa kesal, karena adegan dimana Desmond Doss yang memilih untuk masuk militer, namun bersikukuh untuk tidak menggunakan senjata, sementara seorang tentara tentunya akan ditempatkan di medan perang, dan pasti membutuhkan senjata untuk menyerang musuh. Namun, saya juga merasa senang saat Doss bertemu dengan seorang perawat di rumah sakit lokal yang bernama Dorothy Pauline Schutte, yang kemudian menjadi pasangannya. Sayangnya, suatu konflik terjadi saat Doss dipaksa keluar dari kemiliteran, bahkan dibawa hingga ke pengadilan, yang menyebabkan ia tak dapat menghadiri pernikahannya sendiri. Ternyata, ia dapat bergabung kembali dengan kemiliteran karena bantuan ayahnya sendiri.

Pada akhirnya, Doss yang awalnya diremehkan, menjadi seorang pahlawan karena menyelamatkan puluhan prajurit tanpa menggunakan senjata apapun. Ada beberapa versi mengenai banyaknya prajurit yang diselamatkan oleh Doss. Menurut Doss sendiri, ia menyelamatkan hanya sekitar 50 orang, sementara berdasarkan beberapa tentara yang ikut menangani korban saat itu, ia menyelamatkan sekitar 100 orang. Kemudian, versi US Army itu sendiri menyatakan bahwa ia menyelamatkan sekitar 75 orang. Karena aksinya tersebut, ia mendapatkan medali kehormatan Medal of Honor, yang merupakan medali tertinggi untuk seorang prajurit.

Dari film ini, ada pelajaran yang dapat kita ambil. Salah satunya adalah Doss yang tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Keyakinannya yang kuat kepada Tuhan dan tekadnya untuk menyelamatkan orang dalam peperangan patut diacungi jempol. Sekalipun ia diremehkan dan diperlakukan semena-mena, ia tidak berubah pikiran. Ia tetap yakin bahwa ia bisa membela negaranya tanpa harus membunuh orang lain.

Comments

Popular posts from this blog

Cloud Computing - Mobile Computing - Ubiquitous Computing - Nano Science - Grid Technology